Berkedok Uang Genety, Pungli Masih Terjadi Di Pelabuhan Selatpanjang Tujuan Pelabuhan Johor Malaysia

Gambar ilustrasi
MERANTI, SIGAPNEWS.Co.Id 2025 – Isu pungutan liar atau pungli "uang Gerenty" kembali menjadi kontroversi di Pelabuhan Tanjung Harapan, Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau. Operasional yang melibatkan calon maupun agen atau pengusaha kapal lintas negara ini di duga melibatkan oknum tidak bertanggungjawab termasuk pegawai imigresen Malaysia, serta menjadi lumbung kekayaan haram yang merugikan ribuan rakyat yang ingin mencari rezeki di luar negri.
Fenomena ini bukanlah hal baru, malah telah berakar sejak bertahun-tahun lalu. Menurut sumber, pihak-pihak yang melakukan pungli ini mampu meraup keuntungan mencapai milliaran rupian setahun dari kutipan uang jaminan dari ribuan bakal pekerja migran Indonesia yang ingin masuk ke Malaysia.
Masyarakat dan aktivis tempatan kini mendesak pihak pihak berkuasa Malaysia – termasuk Jabatan Imigresen, Polis Diraja Malaysia (PDRM), dan Kerajaan Malaysia dan juga Pemerintah Indonesia khususnya diwilayah kerja Kabupaten Kepulauan Meranti untuk segera menyelidiki dan menangkap semua oknum maupun pengusaha yang terlibat.
“Ini satu pengkhianatan kepada negara. Tindakan tegas mesti diambil untuk menjaga nama baik kerajaan,” tegas seorang sumber.
Modus Operandi Licik: “Uang Gerenty” Jadi Syarat Tak Rasmi Masuk Malaysia
Beberapa korban yang enggan identitasnya dipublikasikan menjelaskan bahawa "uang Gerenty" merujuk kepada uang jaminan yang kononnya memastikan penumpang tidak dipulangkan oleh pegawai imigresen Malaysia. Walaupun tiada asas perundangan untuk bayaran ini, ia seolah-olah menjadi “syarat wajib” tidak resmi yang perlu dipatuhi.
Contohnya, penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Harapan dikenakan bayaran Rp1.300.000, yang merangkumi Rp950.000 untuk tiket pergi balik (PP) dan Rp350.000 sebagai “uang Gerenty”, belum termasuk cas boarding pass.
Dengan jumlah 50–100 penumpang sehari, oknum-oknum ini bisa mendapatkan sehingga Rp35 juta sehari. Berdasarkan data rasmi imigrasi Selatpanjang, lebih daripada 5,000 warga Meranti ke Malaysia setiap tahun, menjadikan potensi kutipan pungli mencapai Rp1.75 milliar setahun – hanya untuk satu perjalanan pergi sahaja.
“Faktanya, ramai daripada mereka berulang-alik lebih dari lima kali setahun,” ujar seorang narasumber.
Tiga oknum Utama Diduga Dalang Sindikat pungli
Beberapa nama oknum individu yang didakwa sebagai dalang sindiket ini mulai bermunculan, Diketahui sebagai Atuk (bekas pegawai imigresen Malaysia) dan Imran. Ketiga-tiganya dikatakan mengawal jalur Selatpanjang – johor
Menurut sumber, tiket penumpang turut disematkan kod rahsia seperti huruf "A" bagi menandakan pemilik atau pengendali penumpang. Tiket pula tidak diberikan terus di loket agen, tetapi diserahkan ketika penumpang telah berada di atas kapal.
Seorang agen tiket diketahui bernama Jon menapik penglihatan mereka dalam urusan pungli ini. Namun, keterangan dari pada beberapa penumpangpum menyayangkan penafian tersebut, diketahui bahwa jon juga meminta uang cas sebesar Rp 500.000 dengan berdalih biaya cas bagi penumpang yang menggunakan paspor diluar wilayah Kepulauan Meranti dengan, Dengan alasan diminta oleh petugas.
“Uang Gerenty itu satu paket dengan tiket,” kata salah seorang penumpang.
Pegawai Imigresen Malaysia Didakwa Terlibat, Penumpang Terpaksa Bayar Kerana Takut Dipulangkan
Beberapa penumpang mengakui terpaksa membayar kerana bimbang akan ditolak masuk dan dipulangkan oleh imigresen Malaysia sekiranya tidak membayar "uang Gerenty". Ada juga yang diberi pilihan untuk berhutang dahulu dan membayar selepas pulang ke Indonesia, dengan harga bayaran meningkat sedikit jika berhutang.
“Kalau dulu harga tiket Rp 1.300.000, kalau ngutang jadi Rp 1.400.000,. Sekarang, walaupun bayar tunai atau hutang, tetap Rp 1.300.000, sebab persaingan makin banyak.”
Namun, ramai mengeluh kerana harga "uang Gerenty" yang kini mencapai Rp350.000 dianggap terlalu membebankan, apatah lagi dengan berbagai pungutan lain yang turut dikenakan seperti bagasi dan porter.
“Kalau dulu Rp100.000 – Rp150.000, masih boleh terima. Tapi sekarang sudah Rp350.000, terlalu berat,” ungkap seorang penumpang.
Panggilan Kepada Presiden Prabowo: “Sudah Sampai Waktunya Bertindak Tegas”
Masyarakat kini mendesak agar Presiden Prabowo Subianto campur tangan dengan segera dan mengarahkan Kapolri serta Dirjen Imigrasi untuk menyapu bersih sindiket ini.
“Kalau perlu, kita buat surat terbuka untuk Presiden dan sebarkan di media sosial agar kasus ini viral dan dapat perhatian,” kata seorang aktivis tempatan.
Malangnya, usaha penguatan oleh pihak berwenang didaerah Kepulauan Meranti dilihat mandek. Terdapat dugaan bahwa beberapa pegawai di peringkat daerah turut menerima “setoran” puluhan juta rupiah sebulan dari sindikat pungli ini.
Ungkapan dan komentar Pihak Terlibat
Ketika dihubungi Sigapnews.co.id, Atuk menapik segala tuduhan yang dikaitkan dengannya. Dalam pesan singkat WhatsApp bertarikh Jumaat (3/10/2025), beliau menyatakan:
“Kami tiada ambil uang Gerenty, cuma jual tiket. Itu pun kadang berhutang. Boleh tanya orang di loket,” katanya.
Atuk juga mengakui kewujudan calo (Agen tidak rasmi), namun menafikan penglibatannya.
“Di sini ramai calo, saya pun tak faham. Macam mana saya ambil (Uang), saya pun di Malaysia. Mereka jangan buat cerita,” tegasnya.
Manakala satu lagi individu yang disebut, Imran, masih belum memberikan keterangan apapun. Begitu juga pihak imigrasi Selatpanjang dan Imigresen Negara yang masih belum dapat dihubungi sehingga berita ini diterbitkan.
Editor :Rio Nugraha
Source : liputankepri